Dalam rumah tangga, tak jarang berbagai hambatan dan permasalahan yang timbul membuat pasangan suami isteri memutuskan bahwa mereka memang telah tidak cocok untuk terus hidup bersama. Pernikahan memang sebuah fase hidup yang berat, tak peduli seberapa mantapnya kedua mempelai yang memutuskan untuk mengikat janji bersama, tragedi dan percekcokan di masa depan tak ada yang bisa menduga. Mundur dan mengakui bahwa mungkin jalan terbaik adalah berpisah mungkin solusi bagi beberapa orang, tapi sebagian besar yang telah memiliki buah hati memilih batal bercerai demi harmoni.

Keputusan tersebut biasanya diambil demi kebahagiaan sang buah hati. Bertahun-tahun yang dihabiskan untuk membangun rumah tangga dan bersama-sama menjaga sang buah cinta akan sia-sia jika dilepas begitu saja. Terlebih lagi, bagaimana dengan kondisi psikologisnya? Sekilas, batal bercerai karena alasan ini memang  sebuah pengorbanan diri yang mulia. Akan tetapi, ini adalah dampak-dampak buruk jika kamu dan sang pasangan memilih menjadi martir demi anak-anak kalian.

Anakmu akan menganggap bahwa pernikahan itu penuh duka.

Dengan terus bersama, mustahil kamu dan pasanganmu akan bisa damai jika memang keputusan bercerai sebenarnya telah sama-sama diidamkan. Yang terjadi, kamu dan dia masih akan tetap bersama, tetapi tak ada yang bisa menjamin bahwa rumah tangga kalian tak akan penuh pecekcokan dan nada-nada tinggi pertengkaran. Yang paling baik yang mungkin terjadi dalam situasi tersebut adalah pendiaman, sama-sama menjadi dingin walau pun tinggal di atap yang sama. Mustahil bahwa anak-anak kalian tak akan memperhatikannya. Pernikahanmu mungkin malah akan mengajarkan bahwa kehidupan rumah tangga adalah tinggal seatap dengan orang yang tidak kamu sukai dan berusaha sebaik mungkin untuk tidak bertingkah layaknya orang asing.

Pertengkaran yang terjadi bisa membawa dampak psikologis buruk bagi anak-anakmu

Justru tindakan menyelamatkan buah hati bisa malah berbalik menjadi sesuatu yang buruk. Kamu dan dirinya bisa bertengkar setiap hari, mungkin malah dengan nada tinggi. Tak ada anak yang bahagia mendengar kedua orang tuanya salingg meneriaki satu sama lain. Ini adalah situasi rumah tangga yang depresif dan tidak kondusif. Selain itu, bisa jadi suasana hati buruk yang kamu rasakan bisa berdampak pada perlakuanmu ke anakmu, dan ini bisa benar-benar melukainya.

Masalahmu tak akan pernah selesai.

Dan kamu menunda untuk melanjutkan hidupmu ke arah yang mungkin lebih bisa memberimu kebahagiaan. Tak ada yang bisa berperan optimal selagi dirundung masalah, begitu juga dengan dirimu sebagai orangtua. Bagaimana bisa kamu memikirkan yang terbaik bagi anak-anakmu jika dirimu sendiri masih penuh beban pikiran?

Kamu dan pasanganmu memilih hidup dalam ketakutan jika merasa bahwa bercerai adalah keputusan yang ingin kalian ambil, tapi tak berani melakukannya. Kamu dan dia mungkin takut keuangan rumahtangga jadi berantakan, pendidikan anak-anak terbengkalai, dan kesulitan mengurusi anak. Ketakutan-ketakutan ini harusnya bisa dicarikan solusinya, jika kamu mau mencoba.

Anak-anakmu akan merasakan ketidakbahagiaanmu.

Anak kecil memiliki persepsi lebih baik dari sering yang kita duga. Tak peduli seberapa keras pun kamu dan suamimu berusaha menyembunyikan perasaan kalian, anak-anakmu akan tahu bahwa kalian tak bahagia. Dan ini juga akan bisa membuat mereka tidak bahagia.

Baca juga Perceraian Bukan Akhir Segalanya. Banyak Hal Yang Bisa Kamu Lakukan Untuk Hidup Lebih Baik

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

5 Cara Menumbuhkan Hubungan Finansial yang Sehat Dengan Pasangan Anda

Komunikasi terbuka dan tujuan bersama merupakan hal mendasar