“Mother dearest, let me inherit the Earth. Teach me how to make him beg. Let him make up for the years he made you wait.”
Setelah single yang berbau political ‘Formation’ dan penampilannya di Super Bowl, terlihat sepertinya Beyonce sedang menggapai tingkatan baru dari karirnya, yang akan diisi dengan lebih banyak gambar wanita berwarna dan kekerasan—mulai dari patah hati hingga keguguran anak kita—yang harus dihadapi. Tetapi tidak ada yang berharap bahwa Lemonade tidak hanya memenuhi semua harapan kita tetapi juga nasihat, sebauh cerita yang berdurasi satu jam yang berfokus kepada wanita berkulit hitam dan hubungan mereka dengan dunia dan dengan satu dan yang lain. Tidak hanya menunjukkan wanita berkulit hitam tampak kuat, tetapi pribadi yang diperkuat. Tetapi pesan ‘para wanita berkulit hitam adalah para individu yang kuat’ bukanlah pesan yang ingin disampaikan. Melainkan, ini adalah cerita mengenai para wanita berkulit hitam yang selalu tabah, tetapi tidak kaku, hanya sedang mengenal emosi dirinya sendiri.
Beyoncé telah mengatakan bahwa dirinya seorang feminist, walau banyak yang mengkritiknya. Dan Lemonade memfokuskan diri kepada cerita – cerita para wanita berkulit hitam dan dunia di sekitar mereka. Di visual album ini, emosi dari para wanita berkulit hitam, terutama mereka yang diperilakukan salah oleh para lelaki, diekspresikan melalui atmosfir yang menyembuhkan dan lingkungan yang alami. Contohnya how water, symbol untuk kebijaksanaan, transisi, dan metamorphosis untuk memperbaiki penyakit: Beyonce menyelam ke dalamnya dan bagaimana ia menyadari bahwa ia telah berkorban banyak hal untuk lelakinya. Lalu ia berjalan melewati air dengan beberapa wanita berkulit hitam lainnya, bertanya mengapa pria akan menyangkal segala hal yang telah ia bisa berikan.
Tetapi Beyonce tidak melangkah melalui emosinya sendiri. Ia mempunyai brigadir wanita berkulit hitam di sampingnya untuk membantunya dengan emosinya. Selagi ia berjalan melewati air sambil bergandeng tangan, mereka mengangkatnya bukan hanya dari kata – kata, tetapi juga sentuhan dan kedekatan. Para wanita ini membantu Beyonce untuk menyadari akan self love dan menerima dirinya sendiri. Di Lemonade, penyembuhan tidak dicapai sendiri, tetapi dengan komunitas.
Dan walau judul Lemonade mungkin tidak terlalu pantas untuk konsep mewahnya, ternyata tidak juga. Lemon menggambarkan kesetiaan dalam cinta. Ketika Beyonce diberikan proverbnya—Ia diberikan lemon dan sekarang ia membuat lemonade—salah satu cara untuk menginterpretasinya adalah ia telah dikhianati dalam kehidupan percintaannya. Tetapi bukannya membiarkan kepahitan tersebut menelan dirinya, Beyonce kembali dengan mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang manis. Ini adalah anggukan kepada resep nenek untuk lemonade, dimana Beyonce mengatakan bahwa hal tersebut adalah bagian penting dari komunitas wanita berkulit hitam.
Bahwa semua pemeberdayaan ini berasal dari alam. Alam adalah tempat para wanita berkulit hitam dapat hidup bebas dan mengenal emosi mereka, eksplorasi, dan menjauhkan diri dari dunia luar yang mungkin akan membuat mereka kaku. Pohon oak besar yang tampil dalam Lemonade mungkin akan langsung mengingatkan para penonton akan novel Southern Gothic atau salah satu karya Toni Morrison. Tetapi yang lebih penting, wanita berkulit hitam yang berdiri di depan pohon oak memiliki tujuan. Seperti pohon itu sendiri, para wanita tersebut mengambil sikap, tidak akan goyah. Dilihat terakhir dalam babak akhir dari Lemonade, mereka menunjukkan selain kemarahan dan kehampaan mereka, mereka masih hidup.
Salah satu kekuatan Beyonce adalah ia mampu memimpin dan juga jatuh ke dalam barisan pula. Suaranya mengalir bersama dengan visual para wanita berkulit hitam, yang seringkali para wanita tersebut juga menunjukkan emosi dengannya. Pilihan ini mengungkapkan walau Beyonce adalah seorang wanita berkulit hitam, pengalamannya berbeda dengan wanita lainnya seperti Lesley McFadden, Michael Brown’s mother, Amandla Stenberg, atau Leah Chase, semua yang hadir dalam film tersebut. Wanita berkulit hitam bukanlah tugu disini. Lemonade hanya menanyakan, ‘apa rasanya menjadi seorang wanita berkulit hitam di Amerika?’ Jawabannya: ia akan tidak dihormati, tidak dilindungi, dan diabaikan dan juga akan selalu tabah. Lemonade bukan sebuah kisah cinta, tetapi sebuah portrait beberapa lapis yang menceritakan semua pengalaman wanita berkulit hitam, dan semua kesakitan yang ia rasakan.
Lemonade lebih dari sekedar pameran akan wanita bekrulit hitam. Ini adlaah narasi bagaimana wanita berkulit hitam sembuh melalui komunitas, bukan aksi sendiri. Penyembuhan mungkin datang bersama nyanyian Beyonce sedangkan yang lain menari di sekitarnya, memasak bersama yang lain, bergandeng tangan dalam solidaritas, atau cukup dengan hadir bersama mereka yang tersakiti. Lemonade adalah cerita mengenai berbagai bentuk patah hati, baik itu sebuah konsekuensi dari perselingkuhan atau kematian. Bagaimanapun menunjukkan bahwa kesakitan tidak menjatuhkan para wanita berkulit hitam, tetapi membangun mereka, bahwa melalui sakit yang ia alami ia akan mengenali dirinya sendiri melalui komunitasnya, tanpanya ia tidak akan selamat.
Beyoncé mungkin salah satu aktris paling digemari di generasi kita, dan sungguh menyegarkan bahwa dibalik mereknya dan uangnya, ia masih seorang wanita berkulit hitam yang mencoba menemukan jalannya, sama seperti kebanyakan wanita berkulit hitam di Amerika. Ia mungkin dipisahkan dengan keuntungan dan kekayaan, tetapi ia masih bisa terhubung dengan kita melalui emosi. Ia telah menunjukkan bahwa ia tidak kebal terhadap kesakitan danilusi lainnya. Lemonade menunjukkan bahwa wanita berkulit hitam benar – benar bebas di alam, jauh dari tekanan social dan bagaimana kita seharusnya merasa.
Semua hal telah dalam berjalan di jalur yang sama, dan untu pertama kalinya, representasi wanita berkulit hitam tidaklah biasa, ia membuat para wanita berkulit hitam yang tadinya berada di samping menjadi focus perhatian. Lemonade tidak hanya pantas mendapatkan pujian, tetapi juga hormat, sebagaimana yang Beyonce inginkan.
Facebook Comments