Menyambut kelahiran bayi baru ke dunia umumnya dianggap sebagai pengalaman yang membahagiakan dan mempererat hubungan — tetapi bagi banyak ibu, hal itu mungkin juga terasa sangat berat, sepi, dan menyakitkan secara emosional. Depresi pascapersalinan (PPD) menyerang sekitar 10–15% ibu, meskipun angka sebenarnya mungkin lebih tinggi karena kurangnya pelaporan. Sementara “baby blues,” gangguan suasana hati sementara yang normal sebagai respons terhadap perubahan pascapersalinan, biasanya hilang dalam dua minggu, PPD dapat berlangsung berbulan-bulan dan memerlukan intervensi ahli.

Sangat penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini – tidak hanya bagi ibu, tetapi juga bagi keluarga mereka. Di bawah ini, ia menguraikan lima gejala utama PPD, alasan di baliknya, dan bagaimana gejala tersebut dapat dikelola secara efektif.

1. Kesedihan yang Berkelanjutan atau Mati Rasa Emosional

Sebagian besar ibu dengan PPD melaporkan perasaan ingin menangis, hampa, atau mati rasa secara emosional. Beberapa orang menjadi terputus dari diri mereka sendiri atau dari kesenangan menjadi ibu.

Mengapa hal ini terjadi: Perubahan hormonal yang dramatis – seperti penurunan estrogen dan progesteron – setelah melahirkan dapat memengaruhi kimia otak dan suasana hati. Distres psikologis, trauma kelahiran, atau dukungan yang tidak memadai dapat memperbesar emosi ini.

Apa yang meringankannya: Komunikasi terbuka dengan terapis atau sistem pendukung yang mendukung adalah titik awal yang penting. Menulis jurnal, memantau suasana hati, dan latihan kasih sayang pada diri sendiri juga dapat membantu para ibu memahami apa yang mereka alami — dan mengapa.

2. Kehilangan Minat atau Kesenangan (Anhedonia)

Salah satu ciri depresi adalah tidak dapat menemukan kesenangan dalam aktivitas yang dulunya menyenangkan – dan itu termasuk ikatan dengan bayi, hobi, atau hubungan.

Mengapa hal ini terjadi: Depresi memengaruhi neurotransmiter seperti dopamin dan serotonin, yang mengendalikan penghargaan dan motivasi. Oleh karena itu, bahkan aktivitas yang penting atau menyenangkan dapat menjadi tidak berarti atau melelahkan.

Apa yang berhasil: Perawatan seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dapat digunakan untuk mengembalikan pengalaman yang menyenangkan melalui penggunaan aktivasi perilaku. Penguatan tindakan kecil yang dapat dikelola – seperti berjalan-jalan sebentar atau menyantap makanan kesukaan – dapat mengembalikan hubungan emosional.

3. Mudah Tersinggung atau Marah

PPD tidak selalu muncul sebagai kesedihan. Beberapa ibu terus-menerus merasa frustrasi, mudah tersinggung, atau marah – biasanya terhadap diri mereka sendiri, pasangan mereka, atau keadaan.

Mengapa hal itu terjadi: Kurang tidur kronis, ketidakseimbangan hormon, dan kewalahan secara emosional dapat meningkatkan stres dan mengurangi toleransi terhadap frustrasi. Kemarahan dapat menjadi kedok untuk perasaan takut, bersalah, atau tidak berdaya yang mendasarinya.

Apa yang membantu: Perhatian penuh, teknik pengurangan stres, dan konseling pasangan dapat membantu respons emosional mereda. Validasi emosi ini tanpa menghakimi – kekesalan tidak menjadikan seseorang sebagai ibu yang buruk; itu merupakan indikasi bahwa sesuatu perlu diubah.

4. Kesulitan Membentuk Ikatan dengan Bayi

Ibu-ibu lain merasa terputus dari bayi mereka, tidak dapat mengakses cinta, atau bahkan khawatir bahwa mereka “gagal” dalam mengasuh anak. Mengapa hal ini terjadi: Depresi memengaruhi fungsi emosional dan dapat menghalangi keterikatan. Para ibu mungkin berduka atas konsep ideal tentang keibuan yang mereka bayangkan tetapi tidak mereka rasakan.

Apa yang berhasil: Kontak kulit ke kulit, menggendong bayi, dan teknik bonding yang dipandu oleh terapis dapat membantu. Kelompok pendukung dengan ibu-ibu lain yang memiliki masalah serupa biasanya mengurangi rasa malu dan meningkatkan hubungan.

5. Pikiran Intrusif atau Ide Bunuh Diri

Beberapa ibu memiliki pikiran yang menakutkan dan mengganggu – misalnya, menyakiti bayi (tanpa sengaja), pikiran tentang kematian, atau perasaan bahwa bayi atau keluarga mereka akan lebih baik tanpa mereka.

Mengapa hal ini terjadi: Depresi berat mendistorsi pemikiran. Pikiran intrusif adalah gejala, bukan ukuran keinginan atau karakter. Tetapi pikiran ini harus ditanggapi dengan serius dan segera diobati.

Apa yang membantu: Pikiran-pikiran ini membutuhkan perhatian segera dari profesional kesehatan mental. Dengan perawatan yang tepat – terapi, pengobatan, atau bahkan rawat inap – gejala-gejala ini sering kali membaik.

Pengobatan untuk Depresi Pascapersalinan

  • Psikoterapi: CBT dan IPT adalah pengobatan lini pertama. Keduanya merestrukturisasi pemikiran dan meningkatkan pemrosesan emosional.
  • Obat-obatan: Antidepresan seperti SSRI (misalnya, sertraline, fluoxetine) aman selama menyusui dan sangat efektif untuk PPD sedang hingga berat.
  • Dukungan Sebaya: Kelompok dukungan ibu mengurangi kesepian dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
  • Perubahan Gaya Hidup: Mendapatkan tidur yang cukup, diet seimbang, olahraga, dan manajemen stres sangat penting. Bahkan penyesuaian harian yang kecil dapat membantu pemulihan.
  • Intervensi Darurat: Untuk wanita dengan ide bunuh diri atau masalah keamanan, perawatan psikiatris darurat atau rawat inap dapat diindikasikan.

Baca Juga :

Mengapa Wanita Rentan Terhadap Depresi?

Selebriti Yang Berjuang Melawan Depresi

Penyebab Depresi yang Harus Anda Ketahui

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

11 Pengobatan Rumahan yang Ampuh untuk Asam Lambung dan GERD

Kita semua tahu sensasi terbakar di dada setelah