Ada beberapa nasehat kesehatan klasik yang selalu kita dengar, bukan hanya dari dokter tiap kali kita berobat, tapi juga dari orangtua, teman, buku-buku, dan etika sosial umum. Beberapa di antara nasehat tersebut adalah: selalu cuci tanganmu setelah habis dari kamar mandi, selalu tutupi mulutmu jika kamu batuk-batuk, dan selalu habiskan antibiotik yang diberikan dokter kepadamu, bahkan walaupun gejala sakitmu telah hilang. Tapi, tunggu. Apakah nasehat terakhir tersebut selalu benar?

Mengapa dokter menyuruhmu menghabiskan antibiotik

Doktermu memberikan nasehat ini karena adanya petuah konvensional bahwa minum antibiotikmu tidak sampai habis bisa mengakibatkan resistensi. Karena, jika kamu berhenti terlalu cepat padahal belum membasmi habis semua bakteri yang menginvasi tubuhmu, bakeri-bakteri itu malah bisa lebih beringas dari sebelumnya. Akhirnya, kondisimu malah jadi semakin parah dan kamu harus mengkonsumsi lebih banyak antibiotik untuk melawannya.

Namun, para ahli ternyata kini menemukan bukti-bukti lain yang bisa jadi malah menunjukkan sebaliknya.

Laporan terbaru

Dalam sebuah laporan baru-baru ini tentang kampanye kesadaran antibiotika yang dipersiapkan untuk World Health Organization, para peneliti memperhatikan adanya argumen yang mendukung menghentikan konsumsi antibiotik ketika gejala dari infeksi telah berhenti. Bahkan, walaupun kita masih belum menghabiskan pil-pil yang diresepkan oleh sang dokter.

Melanjutkan konsumsi antibiotik hingga habis dinyatakan bisa menempatkan kita pada resiko tinggi menderita reaksi, kerusakan ginjal, kerusakan sel darah, dan juga masalah hati.. Hal ini dinyatakan oleh Louis Rice, MD yang merupakan pimpunan dari departemen obat-obtan di Warren Alpert Medical School,  Brown University.

Menurut Rice, justru pemaparan pada antibiotik adalah penyebab bakteri-bakteri mengembangkan resistensi. Ketika kita terus melanjutkan konsumsi obat ketika kita tidak butuh (sebagai contoh, ketika infeksi kita telah sembuh), kita memberikan kesempatan lebih lama bagi bakteri untuk belajar bagaimana cara kabur atau melawan obat tersebut. Dan hal ini malah jadinya akan berujung pada resistensi antibiotik di masa depan.

“Semakin lama pengobatan antibiotik diberikan kepada pasien, semakin besar kemungkinan bakteri-bakteri resisten untuk menjadi dominan, terutama pada infeksi di saluran gastrointestinal dan di kulit,” terang Dr. Rice seperti yang dilaporkan oleh Prevention.

Nah, ketika hal itu terjadi, semakin besar pula kemungkinan bakteri-bakteri untuk menyebar. Terutama, di rumah sakit di mana ada pasien-pasien lain pula yang juga tengah menjalani perawatan antibiotik dan yang kemungkinan sistem imunitasnya telah rusak.

Apa artinya?

Argumen tersebut menunjukkan bahwa ketika infeksi telah selesai, melanjutkan konsumsi antibiotik malah bisa memperburuk kondisi kita. Namun, artinya bukan kita harus membuang obat-obatan kita begitu kita merasa lebih baik. Ada beberapa infeksi seperti radang tenggorokan akibat streptococcus dan TBC yang mengharuskan konsumsi antibiotik sampai benar-benar habis. Untuk kasus-kasus lain, Dr. Rice merekomendasikan konsultasi pada dokter. Karena pada umumnya, jika kita telah merasa lebih baik, artinya sistem kekebalan tubuh kita telah menangani serangan yang terjadi. Namun, tidak ada tanda atau nasehat global yang bisa diaplikasikan untuk semua macam penyakit.

Baca juga Demi Kesehatan Jantungmu, Inilah Langkah-Langkah Mudah Terhindar dari Penyakit Jantung

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Puasa Tanpa Sahur? Simak Efeknya Bagi Tubuh

Banyak orang yang malas untuk bangun sebelum Subuh