Perceraian tentu bukanlah hal yang diinginkan oleh pasangan yang menikah. Sayangnya, tak jarang pernikahan juga memiliki masalah yang besar hingga membuat rumah tangga tidak mungkin lagi untuk dipertahankan. Perceraian seringkali menjadi jalan terakhir dan dianggap sebagai keputusan terbaik bagi pasangan.

Banyak pasangan yang ingin berpisah secara baik-baik, namun jika terjadi perseteruan yang tak menemui titik temu, maka melanjutkan bagian 1 harus dihindari kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi saat seseorang bercerai, diantaranya :

Kesalahan 3: Mengabaikan Mediasi.

Aset-aset properti yang kecil milik pribadi mungkin saja tidak menjadi masalah, namun kadang aset yang besar menjadi bahan rebutan dan perselisihan. Untuk aset investasi seperti real estate dan hunian, ada baiknya Anda memilih pengacara berpengalaman untuk bernegosiasi agar hunian dan real estate Anda dapat dinilai dan dihargai dengan adil. 

Setelah aset-aset bersama dicatat dan dinilai dengan wajar, selanjutnya hasilnya akan dibagi secara merata, namun jika jumlahnya banyak ada baiknya dilakukan proses mediasi dibandingkan diselesaikan melalui sistem pengadilan. 

Pasangan mungkin hanya membutuhkan masukan dan bimbingan dari pihak yang netral untuk membantu mereka mengatasi perselisihan dan membagi aset dengan adil.

Kesalahan 4: Mengabaikan Anak

Kesalahan yang kerap kali terjadi dan tak disadari adalah mengabaikan anak. Seringkali proses perceraian membuat anak terabaikan dan tak dipikirkan perasaannya. Padahal merekalah sebenarnya yang paling bersedih atas kejadian ini.

Hal yang umumnya terjadi saat perceraian adalah memperebutkan hak asuh anak. Anda dan pasangan akan berselisih untuk memperebutkan hak asuh anak yang mungkin saja justru membuat anak frustasi.

Cobalah ajak anak untuk berbicara dari hati ke hati. Dengarkan apa yang dirasakan dan diinginkannya. Seringkali orang tua mengabaikan anak dan menganggap perceraian ini adalah masalah orang tua dan anak harus mengerti, padahal orang tua juga harus mengerti anak.

Jika memang hak asuh telah diputuskan, berusahalah tepat ada untuk anak. Seringkali yang terjadi anak justru dijadikan mata-mata atau bahan interogasi. Jika anak menghabiskan waktu bersama mantan pasangan dan pasangan barunya, maka tak jarang Anda akan bertanya apa saja kegiatannya dan hal lainnya.  Ini bisa saja membuat anak stress dan bingung dalam bersikap.

Proses perceraian seringkali dianggap sebuah kegagalan saat menjadi orang tua. Sebenarnya tidak, karena siapapun bisa saja membuat kesalahan. Yang harus Anda lakukan adalah mengakui kesalahan ini dan meminta maaf kepada anak. Berjanjilah bahwa Anda tidak akan melakukan kesalahan lagi. Minta anak untuk mengkritik jika Anda dan pasangan baru Anda nantinya memiliki kesalahan.

Perceraian tentu akan memberikan perubahan besar terhadap anak apapun gendernya. Bagi pasangan bercerai yang telah dikaruniai anak, maka cobalah untuk membangun rutinitas. Ada 3R yang dapat dipraktekkan yaitu Routines atau rutinitas , Reassurance (Jaminan ketenangan hati), dan Rituals (Ritual). Inilah yang perlu diperhatikan. Ada baiknya Anda dan mantan pasangan tetap saling mengunjungi anak untuk bersilaturahmi. Meluangkan waktu bersama juga dapat menjadi pilihan tepat walaupun Anda dan pasangan tidak lagi bersama

Baca Juga :

5 Hal Tak Terduga Ini Menunjukkan Bahwa Kamu Akan Bercerai

5 Alasan Mengapa Suami yang Selingkuh Menolak Untuk Bercerai

5 Hal yang Perlu Diketahui Setiap Wanita Tentang Kehidupan Setelah Bercerai

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

5 Cara Menumbuhkan Hubungan Finansial yang Sehat Dengan Pasangan Anda

Komunikasi terbuka dan tujuan bersama merupakan hal mendasar