Sebenarnya sudah tidak ada tempat lagi untuk stereotip kuno di abad ke-21 ini. Artinya, stereotip masyarakat di masa lalu sudah tidak relate lagi dengan zaman sekarang. Tetapi entah bagaimana, stereotip tersebut terus mempertahankan posisinya. Stereotip klasik yang kerap menyakitkan bagi sebagian orang ini, masih saja ada di luar sana.
Berikut adalah daftar stereotip kuno yang harus segera ditinggalkan:
- Stereotip “Perempuan harus feminin”
Potret wanita dalam film dan acara formal biasanya ditunjukkan dengan sosok yang anggun, lembut, membatasi diri pada salad atau secangkir kopi saat berkencan, dan berperilaku layaknya boneka.
Faktanya adalah, seorang gadis yang memilih mengenakan jeans alih-alih gaun, dan seorang gadis yang menyukai tato atau gaya rambut pendek, tidak membuat mereka menjadi tidak feminin. Mereka tetap bisa menjadi diri sendiri dan tetap menarik di mata lawan jenis.
- Stereotip “Menikah lebih penting daripada karier”
Beberapa wanita lebih suka membangun karier, sementara yang lain merasa lebih nyaman dengan peran sebagai ibu rumah tangga. Wanita paham bahwa menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak adalah pekerjaan yang sulit, itulah mengapa mereka menundanya, atau memutuskan untuk melajang.
Wanita paham betul apa yang terbaik bagi hidup mereka. Semakin hari, semakin banyak wanita yang bertekad untuk menjadi manusia independen yang tidak bergantung pada suami.
- Stereotip “Wanita harus mengurus semua perkara rumah tangga”
Terkadang sulit kita untuk meluangkan waktu demi mengerjakan pekerjaan rumah tangga di kehidupan sehari-hari. Bisa jadi suatu hari beban pekerjaan kita sangat banyak, sehingga kita lelah secara fisik dan mental. Dalam kondisi itu, tentu tidak akan ada cukup waktu dan tenaga untuk mengurus rumah tangga.
Agar tidak membuang energi dan demi menjaga kesehatan mental, para ahli menyarankan untuk mencari cara sederhana di saat-saat tertentu. Misalnya, kita bisa memesan makanan alih-alih memasak.
- Stereotip “Jika kamu melakukannya, apa kata orang-orang nanti?”
Berbeda generasi, berbeda pula cara memandang berbagai bidang kehidupan. Menurut psikolog, asal mula dari alasan mengapa pendapat kita selalu terpaku pada norma moral masyarakat sudah melekat dalam diri kita sejak lama.
Tentu saja, norma sosial bisa berbeda secara signifikan pada orang-orang dari berbagai usia dan generasi. Itulah mengapa kamu tidak boleh terlalu terpaku pada pendapat seseorang tentang masalah kamu.
Selain itu, kamulah yang paling mengerti dirimu sendiri, jadi jangan selalu mengikuti saran seseorang, apalagi mereka yang tidak benar-benar mengerti masalah yang kamu hadapi.
- Stereotip “Jangan berlebihan. Berhentilah merasa sedih dan tenangkan dirimu”
Momen krisis atau titik rendah di dalam hidup kita, sama pentingnya dengan momen emas atau pencapaian kita. Terkadang ketika ketidakberuntungan atau kemalangan menghampiri, kita memang perlu menghadapinya.
Tidak masalah jika kamu merasa tertekan, merasa sedih, atau bahkan putus asa untuk beberapa saat. Karena hal itu adalah sesuatu yang wajar. Sama halnya seperti kamu menikmati momen bahagia saat menjumpai keberuntungan atau kesuksesan, momen sedih pun perlu dinikmati juga.
Jangan menekan atau memaksa diri kamu untuk mengabaikan emosi negatif. Kamu boleh merasakan emosi negatif. Tapi ingat, ada kalanya kamu harus mencoba mengalihkan diri dari pikiran negatif, dan mulai melihat peluang lain.
- Stereotip “Seorang wanita harus … seorang pria harus …”
Masyarakat masih sering membatasi orang dengan stereotip gender. Wanita harus anggun, sedangkan pria harus kuat. Tetapi semua stereotip ini sering menghalangi kita untuk menjalani hidup dengan cara yang kita inginkan.
Psikolog yakin bahwa generalisasi yang masih percaya pada stereotip semacam itu bisa membahayakan kesehatan mental dan membatasi gerak generasi selanjutnya.
- Stereotip “Semua orang ingin punya anak” atau “Semua orang ingin menikah”
Ketika seorang wanita berusia 30 tahun dan dia belum menikah atau belum punya anak, orang-orang selalu ingin tahu apa alasannya. Pertanyaan ini muncul dari orang tua, saudara, tetangga, bahkan teman-teman.
Beberapa orang yang selalu memimpikan kehidupan rumah tangga dan memimpikan untuk menjadi orang tua, akan sulit memahami orang lain yang tidak ingin buru-buru menikah. Mereka tidak memahami bahwa bagi orang lain, kebebasan hidup atau kesuksesan karier adalah prioritas.
Baca Juga :
4 Stereotip dari Generasi Tua yang Mengganggu Karier, Hubungan, dan Bahkan Keselamatan Kita
Stereotip Gender tentang Cowok yang Perlu Kita Lupakan Selamanya
Tidak Perlu Malu, Ini 3 Alasan Mengapa Kamu Boleh Hidup Melajang
Facebook Comments