Tahukah kamu bahwa Jepang merupakan negara dengan pertumbuhan penduduk yang cukup memprihatinkan? 

Tidak seperti di Indonesia, angka kematian atau mortalitas di negara sakura ini jauh lebih besar dibanding dengan angka kelahiran atau natalitasnya. Angka kelahiran di Jepang memang sudah menurun sejak beberapa tahun ke belakang. 

Prinsip “banyak, anak banyak rezeki” di Indonesia mungkin tidak berlaku di Jepang. Pasalnya, pasangan kekasih di Jepang benar-benar memikirkan kondisi mereka sebelum memutuskan untuk berkeluarga. Mereka akan memikirkan bayak hal tentang kesiapan berkeluarga, baik secara finansial maupun emosional.

Ada beberapa faktor yang diyakini sebagai alasan mengapa pertumbuhan penduduk di Jepang menurun. Salah satu alasannya adalah terjadinya “peralihan” perekonomian masyarakat. Semula, masyarakat di Jepang bertumpu pada sektor pertanian, namun kini tumpuan perekonomian beralih ke sektor industri. 

Pengaruh peralihan perekonomian tersebut membuat orang Jepang tidak lagi membutuhkan banyak anak untuk mengelola ladang pertaniannya. 

Selain itu, ada lagi lima faktor lain yang menjadi alasan mengapa di jepang mengalami penurunan jumlah kelahiran. Penasaran apa saja? Simak daftar berikut.

  1. Menikah dan memiliki anak adalah sesuatu yang mahal

Menikah, kemudian melahirkan anak, membesarkan, merawatnya, adalah hal yang mahal untuk dilakukan di Jepang. Karena itulah, orang muda di Jepang enggan untuk menikah dan punya  anak. 

Pemerintahan Jepang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran, seperti menambah hari cuti untuk ayah, memberikan sistem penitipan anak dengan jam kerja lebih banyak, dan memberikan bantuan uang pada pasangan yang melahirkan anak.

Namun, masih banyak pasangan muda yang memutuskan untuk tetap tidak menikah dan punya anak. 

  1. Sulitnya mencari pekerjaan tetap bagi pria di Jepang

Pria di Jepang dianggap sebagai pencari nafkah, sama seperti mayoritas masyarakat Indonesia. Tentu saja, sebagai pencari nafkah, pria harus punya pekerjaan tetap setelah menikah. 

Beban “mencari pekerjaan tetap” menjadi sebuah tekanan besar bagi pria muda di Jepang. Pasalnya, Jepang memiliki budaya “harus mendapatkan pekerjaan tetap” setelah lulus. Jadi, ketika setlah lulus, seorang pria tidak berhasil menemukan pekerjaan tetap, hidup mereka akan dipandang “gagal” oleh masyarakat.

  1. Pekerjaan yang membebani 

Masyarakat Jepang memiliki komitmen tingi terhadap pekerjaan mereka. Mereka terbiasa bekerja berjam-jam, yaitu berangkat pagi hari dan pulang tengah malam.

Di Jepang, mengambil hari libur akan dianggap sebagai pilihan yang buruk, karena “hari libur” dapat mengindikasikan bahwa seseorang tidak cukup berkomitmen terhadap pekerjaannya.

Nah, sistem kerja yang melelahkan tersebut membuat banyak orang Jepang tidak bisa menikmati romansa sehingga kalangan muda kehilangan keinginan untuk menjalin hubungan atau menikah.

  1. Wanita Jepang lebih memilih karier daripada menikah dan memiliki anak

Meskipun masih banyak masyarakat Jepang yang menganggap pria sebagai pencari nafkah utama, sedangkan perempuan harus mengurus rumah dan anak, tetapi sekarang sudah mulai banyak perempuan yang mengejar karier.

Berkat perkembangan industri, semakin banyak wanita di Jepang yang bekerja keras untuk meniti karier. Bahkan, ada yang sampai menemukan pekerjaan tetap, layaknya kebanyakan pria. Nah, tren ini menjadi pertimbangan berat di kalangan wanita, karena mereka harus memilih antara karier atau berkeluarga. 

Saat ini, lebih banyak wanita yang memilih mengembangkan karier daripada berkeluarga dan mengurus anak. Itulah yang membuat angka kelahiran di Jepang semakin menurun.

  1. Banyak pria Jepang yang hidup di dunia fantasi

Pemuda di Jepang dikelilingi oleh anime, manga, dan teknologi terkini. Hal tersebut membuat mereka kurang berinteraksi dengan lawan jenis. Bahkan, di Jepang, membuat “pacar manga virtual” cukup populer di kalangan pria muda yang kesepian. Alhasil, banyak di antara mereka yang sulit membedakan antara fantasi dengan kenyataan.

Baca Juga :

Hilangkan Kerutan dengan 1 Menit Shiatsu ala Jepang

Cukup 10 Menit Saja, Skincare Ala Orang Jepang Ini Akan Membuat Kulit Jadi Glowing

Ternyata Ini Alasan Mengapa Orang Jepang Tidur di Lantai

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like

Kecanduan Hormon Stres? 7 Cara Wanita Dapat Mengubahnya

Kecanduan stres dan hormon terkaitnya, kortisol, merupakan masalah